Sabtu, 02 Mei 2009

ayam kate

Foto : Koleksi Franz J.B.

Meskipun berperawakan kerdil, unggas ini pantang minder. Ia senang bergaya petentang-petenteng dan tak ragu berkokok lantang. Serama diklaim sebagai ras ayam terkecil di dunia.

Anggapan bahwa kate adalah jenis ayam terkecil nampaknya sudah kedaluarsa dan tak berlaku lagi. Sekarang ada serama. Ras ayam terkecil di dunia. Kian mungil ukuran badannya semakin bagus kualitasnya. Bobot serama tak lebih dari 500 gram. Ukuran badannya hanya sebesar kepalan tangan orang dewasa.

Meski berbadan cebol, ia bukan ayam murahan. Serama berkualitas bisa diboyong jika Anda sanggup meminangnya dengan uang sebesar Rp 25 juta – Rp 30 juta. Mutu serama ditentukan oleh bobot badan yang ringan, bentuk leher menyerupai huruf S, kepala tertarik jauh kearah belakang, Sayap menjuntai tegak lurus ke bawah, dan ekor pedang panjang serta berdiri tegak. Ciri fisik seperti itu membuat ayam serama berpenampilan tegap menyerupai prajurit yang sedang berbaris.

Sri Rama ala Malaysia

Serama merupakan mahluk hasil kreatifitas Wee Yean Een seorang “penghulu ayam” dari Negeri Jiran. Pada tahun 1971 ia menyilangkan ayam Kapan alias kate kaki panjang dengan ras ayam Modern Game Bantam.

Ayam kapan ia pilih lantaran memiliki sayap menjuntai lurus ke bawah. Sedangkan Modern Game Bantam memiliki postur badan tegap, leher panjang dan tertarik ke belakang menyerupai huruf S. Pada tahun 1973 Wee Yean Een menyilangkan keturunan pertama hasil perkawina antar ayam kapan dan Modern Game Bantam dengan jenis ayam sutera (Silkie Bantams). Perkawinan tersebut akhirnya melahirkan ayam sutera berpostur badan kecil. Wee Yean Een nampaknya masih tidak puas dengan hasil persilangan tersebut. Penghulu ayam itu lalu menjodohkan keturunan ke dua tersebut dengan kate jepang. Ayam ini punya warna bulu indah serta bentuk ekor berdiri tegak. Pada tahun 1988 mak comblang ayam itu akhirnya berhasil mencetak ayam kate dengan bobot kurang dari 500 gr.

Wee Yean Een lantas memberi nama “Serama” kepada ayam berbadan mikro itu. Julukan tersebut ia berikan lantaran ayam hasil kreasinya itu memiliki gaya dan penampilan gagah layaknya Sri Rama tokoh pewayangan dalam kisah Ramayana. Lidah Wee Yean Een menyebut Sri Rama berubah menjadi berlafal serama.

Ayam serama dipublikasikan pada tahun 1990 melalui kontes pertama yang diselenggarakan di Perlis. Dalam perlombaan Wee Yean Een tampil sebagai salah satu juri. Selain di Malaysia kontes ayam serama juga banyak digelar di Thailand. Di Indonesia Serama mulai dipertandingkan pada tahun 2004 di Ancol, Jakarta. Penggemar ayam serama berkumpul dalam sebuah wadah bernaman Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia (P2ASI).

Ayam Pendek Bernafsu Tinggi

Cara merawat serama tidak sulit dan tak berbelit-belit. Kebutuhan hidupnya sama seperti ayam buras. Menurut pengakuan Ir. Rudiasfie Sjofinal peternak ayam serama di Jakarta ayam cebol ini memang sedikit sukar dikembang-biakkan. Ukuran kakinya pendek menyebabkan pejantan sulit melakukan penetrasi ketika hendak kawin. Akibatnya, proses percintaan menjadi tidak mesra dan sering tidak tepat mengenai sasaran.

Rudi sering membantu ayam pejantan nangkring di atas ayam betina. Teknik pengawinan ini dilakukan dengan cara memegang ayam betina lalu menyodorkanya ke depan pejantan. Syaratnya, kedua mempelai harus benar-benar sudah siap kawin. Induk betina siap dipinang pada berusia 5 – 6 bulan. Serama betina seperti itu biasanya berperilaku jongkok jika dipegang punggungnya. Sedangkan usia subur pejantan berkisar pada umur 4 hingga 5 bulan.

Rudi juga menerapkan teknik kawin gilir. Dalam metode ini ayam betina dipaksa melayani 3 ekor pejantan. Penggiliran dilakukan secara berselang sekitar 2 – 3 jam. Melalui cara perkawinan seperti itu diharapkan peluang keberhasilan bisa diperbesar.

Meski ukuran tubuhnya kecil, serama termasuk jenis ayam bernafsu birahi tinggi. Ia tak gentar dan tak segan-segan jatuh cintrong kepada ayam berbadan lebih gede. Menurut Johan, peternak ayam dari Bekasi, serama mulai belajar kawin ketika berusia 3 bulan. Pejantan muda sehat harus bisa menyalurkan hasrat bercintanya sebanyak 6 – 8 kali setiap hari. Nafsu birahi serama memuncak ketika cuaca mendung, atau pagi dan sore hari.

Kesuburan ayam serama sangat dipengaruhi oleh kesehatan fisik. Cuaca terlalu dingin bisa menurunkan kemampuan ayam betina menghasilkan telur. Sebab sebagian besar pakan digunakan untuk produksi energi guna mempertahankan panas badan. Jadi, ayam serama yang dipelihara di daerah dingin harus memperoleh pakan dengan kandungan karbohidrat tinggi. Semisal jagung.

Sebagai hidangan tambahan, Rudi selalu menyuguhkan menu tambahan berupa jangkrik, dan tauge kepada ayam-ayamnya. Setiap seminggu sekali Rudi juga memberi ayamnya vitamin E.

Cara praktis yang lain dilakukan oleh Albert Tan Swee Guan peternak ayam serama asal Selangor, Malaysia. Ia tak pernah memberi menu tambahan aneh-aneh kepada ayam peliharaannya. Menurut pria berkacamata tersebut, pakan ayam petelur saja sudah cukup. Pabrik sudah meracik pakan tersebut sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan ayam. Albert selalu memberi pakan 2 kali dalam sehari kepada ayamnya. Yaitu di pagi hari dan malam hari sekitar pukul 8. “Itu Chiken feed sudah dikaji sesuai untuk ayam, jadi you tak payah bagi apa-apa lagi,”terang pria tersebut dengan logat melayu.

Telur gagal menetas termasuk salah satu hambatan budidaya ayam serama. Dua kunci penting yang tak boleh dilupakan saat menetaskan telur ayam serama yaitu suhu dan kelembapan. Suhu penetasan tidak boleh melebihi atau kurang dari 37,5°C – 38°C. Kelembapan harus selalu disesuaikan dengan usia telur. Minggu pertama hingga minggu ke dua kelembapan diatur pada kisaran 65% – 70%. 2 – 3 hari menjelang menetas, kelembapan harus ditambah hingga kisaran 95% – 100%. Derajat kelembaban bisa diukur dengan Hygro meter. Piranti ini biasanya sudah ada pada alat penetas. Kondisi udara terlalu kering membikin kulit telur jadi keras. Akibatnya anak ayam kesulitan memecah cangkang telur. Kalau sudah seperti itu, anak ayam bisa mati lemas gara-gara tidak bisa bernafas.

Di arena lomba, ayam serama dapat tampil prima jika birahinya sedang memuncak. Oleh karena itu, seminggu sebelum ikut kotes ia tidak boleh melihat lawan jenisnya. Jadi taruhlah serama Anda di tempat yang terisolir. Umumnya nafsu birahi serama memuncak pada usia 4 – 6 bulan.

Bulu ayam serama yang terlalu sering kawin sering rusak. Sewaktu bercumbu serama betina gemar mematok bulu leher sang pacar. Alhasil bulu wiring itu banyak yang copot sehingga serama jantan jadi botak. Hal itu bisa dicegah dengan jalan melarang serama jantan berpacaran sebelum meraih prestasi.

Selain tidak boleh kawin, ayam serama unggulan juga tak boleh terlalu gaul. Ia dilarang terlalu sering bermain di halaman alias diumbar. Menurut Gusti M. Taufik, ayam yang kerap diumbar akan mandi pasir atau kipu. Nah, hal itulah yang memicu bulu jadi acak-acakan, patah, dan warnanya kusam. Mandi pasir juga bisa bikin sisik kaki copot dan patah. Yang lebih berbahaya lagi, dikawatirkan ayam akan memakan benda-benda berbahaya. Semisal pecahan kaca, dan karet. “Ayam saya pernah mendadak lemas. Lantas setelah saya potong ternyata di dalam temboloknya ada belingnya,” sahut Rudi salah satu pelopor ayam serama di Negeri ini.

Ayam serama juga harus dilatih berkonsentrasi supaya tampil prima di atas panggung. Ia tidak boleh mematok karpet atau kabur dari panggung. Jadi ayam cebol ini harus tak jemu-jemu bergaya dan berkokok lantang di atas cat walk.

Cara melatih mental serama tidak susah. Sekitar 2 – 3 minggu sebelum kontes dia harus dibiasakan dengan panggung berkarpet. Basahi ayam mungil itu dengan sepotong lap. Setelah itu, taruhlah di atas meja yang diberi karpet berwarna hijau. Mengapa harus karpet berwarna hijau? Pasalnya benda tersebut sering dikira rumput. Jadi kalau ketika latihan ia sering tertipu oleh karpet hijau, diharapkan saat di panggung lomba ia ogah mematok-matok karpet lagi. Biar serama tidak kabur, tutuplah dengan kurungan. Setelah itu posisikan meja latihan di tempat yang panas.

Seusai dijemur ayam tidak boleh langsung diberi minum. Kalau hal itu dilanggar, ayam bisa diterjang penyakit ngorok. Wajahnya yang cerah mendadak berubah jadi pucat pasi. Taruhlah terlebih dulu ayam yang usai dijemur di tempat teduh selama 15 – 30 menit. Nah, setelah itu ayam baru boleh menegak segelas air segar.

Serama wajip menyantap porsi pakan pas dengan menu extra gizi. Vitamin E, Pospor dan Calsium sangat penting untuk merawat kecantikan bulu. Vitamin E banyak terkandung dalam minyak ikan. Sedangkan Calsium dan Pospor banyak terdapat dalam sotong alias kulit cumi. Extra fooding tersebut musti disuguhkan setiap hari.

Soal menu pakan serama, Rudi punya resep jitu yang layak ditiru. Setiap pagi ia selalu memberikan minuman bercampur Enervon C kepada seramanya. Ramuan tersebut harus habis sekali minum serta tidak boleh terkena terik matahari. Sebab, khasiatnya bisa hilang. Menu sarat gizi lain yang ia suguhkan yaitu 3 ekor jangkrik dan kroto. Jagung tidak boleh dihidangkan secara berlebihan. Sebab serama yang terlalu banyak menyantap jagung bisa cepat mengalami rontok bulu.

Selain penampilan menarik, serama juga harus memiliki bobot badan seringan mungkin. Jadi, diet harus diawasi secara ketat. Hindari pemberian pakan yang banyak mengandung lemak. 3 hari menjelang lomba, ayam serama disuguh beras merah atau gabah. Porsinya cukup 2 – 3 sendok makan saja. Menu itu diberikan 2 kali dalam sehari. Yaitu pada pagi dan sore hari.

Resep lain dimiliki Ajong penangkar ayam serama di bilangan Pulo Mas, Jakarta. Sebulan menjelang kontes serama hanya diberi pakan berupa gabah mini. Menu itu disodorkan dua kali sehari. Yaitu di pagi dan di sore hari.
Supaya bulu serama semakin nampak kinclong, ayam harus rajin berjemur. Acara mandi sinar matahari dilakukan mulai pukul 8 hingga pukul 10 pagi. Sebelum dijemur sebaiknya ayam dimandikan terlebih dulu. Bahkan kalau perlu setiap sebulan sekali ayam dikeramasi dengan shampo. Kegiatan ini harus dilakukan pada saat cuaca cerah. Seusai karmas, ayam segera dihanduki dan dijemur.

Manipulasi kecantikan ternyata tidak diharamkan di dunia hobi ayam serama. Supaya tampil elok di panggung, banyak serama yang menjalani perawatan kecantikan. Semisal meluruskan bulu pedang (bulu ekor terpanjang) dengan cara diolesi air jeruk nipis, operasi plastik untuk merapikan jengger, serta merapikan bulu sayap.

Urakan karena haus cinta

Serama yang tak pernah kawin sering menderita kelainan perilaku seksual Kondisi seperti itu banyak diderita oleh serama mantan jawara. . Waspadai dan latihlah ayam tersebut kawin dengan cara sopan dan benar. Di dunia perseramaan calon kontesan pantang kawin sebelum menang. Ayam cebol itu dipingit dan dilarang berpacara lebih dulu. Mereka digembleng serta musti rajin berlatih berpose di atas panggung.

Ketika ayam kerdil telah pensiun dari arena lomba dan hendak dikawinkan, pehobi baru bisa menemui akibat yang muncul karena ayam selalu dipingit. Semisal ayam menjadi terlalu bersemangat kawin. Ada juga yang terlalu cuek tak menggubris godaan serama betina.

Meskipun seekor ayam serama yang Anda pelihara hendak mengikuti lomba, bukan berarti serama tersebut tidak boleh kawin. Proses perkawinan dilakukan secara terjadwal dan tidak boleh terlalu sering. Ayam yang terlalu sering kawin bisa mengalami kerusakan bulu. Jika Anda tidak menginginkan bulu ayam jadi acak-acakan gara-gara kawin, taruhlah ayam tersebut dalam kandang umbaran beralas rumput.

Seekor serama mantan juara harus dikawinkan secara berhati-hati. Sebab jika hal ini dilakukan secara serampangan, keselamatan ayam betina bisa terancam. Menurut pengalaman Gusti M. Taufik, ayam serama yang belum pernah dikawinkan memiliki nafsu birahi yang luar biasa. Jika ayam cebol berkelamin jantan ini langsung dikawinkan tanpa perkenalan dan pemanasan lebih dulu, bisa menyebabkan ayam betina babak belur bahkan jiwanya melayang.

Tips dan trik melatih serama kawin yang sudah lama dipraktekkan Taufik layak ditiru. Nafsu birahi berlebihan dari ayam serama bisa diredakan dengan jalan memandikannya setiap pagi. Selain itu, berbagai menu yang bisa membangkitkan gariah kawin juga harus dikurangi. Pakan seperti itu umumnya mengandung protein dalam jumlah tinggi. Semisal pur, minyak ikan dan jagung.

Cara lain yang dilakukan oleh Taufik untuk mencegah perilaku seksual ayam serama yang brutal yaitu dengan jalan merangsang nafsu birahi pejantan dengan tangan. Langkah ini dilakukan sebelum pejantan dikawinkan. Umumnya serama jantan yang sedang ngebet kawin akan mengejar tangan setiap orang yang mendekatinya. “Tangan saya sering dikira ayam betina. Ayam pejantan tersebut langsung nangkring di atas tangan. Lantas cairan sperma berceceran di lengan saya,”jelas Taufik ketika ditemui di kediaman Rudi pelung.

Lakukanlah metode itu pada waktu pagi atau sore hari. Biarkan serama jantan melampiaskan nafsu birahinya di atas tangan Anda. Setelah itu beri waktu sekitar 10 – 15 menit untuk beristirahat, kemudian rangsang kembali ayam jantan tadi. Setelah menjalani 2 – 3 kali rangsangan buatan, serama jantan baru boleh kawin. Nah, cara tersebut bisa membuat serama jantan menjadi lebih mesra saat mengajak bercinta sang Betina.

Metode lain yang dilakukan oleh Taufik untuk melatih ayam serama kawin yaitu dengan jalan menaruh kedua ayam yang akan dijodohkan dalam kandang terpisah. Sangkar calon mempelai itu tidak boleh terlalu berdekatan dulu. Setelah perilaku ayam jantan nampak tidak ugal-ugalan lagi, sangkar itu baru boleh didekatkan. Nah, mereka baru bisa dicampur jika sudah nampak akur.

Korban jiwa bisa dicegah dengan jalan menjodohkan ayam serama jomblo dengan serama betina siap kiawin. Umumnya ayam betina siap kawin ditandai dengan perilaku jongkok sewaktu dipegan punggungnya. Induk betina seperti itu tidak terlalu banyak cing-cong dan pasrah ketika diajak bercinta. Jika Anda masih khawatir dengan perilaku urakan serama jantan, pegang induk betina lalu sodorkan berlahan-lahan ke depan serama jantan. Teknik kawin paksa seperti ini disebut sebagai kawin dodokan.

Lain halnya dengan Hengki Kumis, hobiis ayam serama di Jakarta, menurutnya ayam serama yang tidak pernah dikawinkan sejak kecil bisa menderita penurunan gairah seksual. Ayam seperti ini tidak akan mudah tertarik dengan lawan jenisnya. Bahkan ketika dicampur, tanpa basa-basi ia langsung menghajar serama betina secara membabi-buta.

Ayam loyo bisa dirangsang dengan menu kaya protein dan mengandung bahan penghangat badan. Semisal kecambah, vitamin E dan Jahe. “Biar hangat jahe disuguhkan setiap malam. Dosisnya cukup sebesar kelingking jari saja. Tauge dihidangkan pada siang hari,” terang Hengki.

Pejantan serama yang loyo juga harus dibiasakan bergaul dengan serama betina. Campurlah mereka dalam sebuah kandang umbaran berukuran 1,5 m x 3 m. Tiap kamar dihuni 1 pejantan dan 2 – 3 ekor betina. Kira-kira dua minggu kemudian, serama jantan tadi sudah “gaul” dan senang mejeng.

ayam cemani

Warna hitam bagi banyak orang berkesan magis dan memiliki kekuatan supra natural. Centeng Belanda atau Si Jampang, kurang berwibawa bila tak berpakaian hitam-hitam. Begitu pula makhluk yang memiliki warna hitam itu pun dianggap memiliki tuah atau kutukan. Ingat dengan kisah-kisah kucing hitam atau burung gagak? Bagaimana dengan ayam cemani yang memiliki bulu, jenger, tulang, daging, kulit, kaki dan taji serbahitam?

Ini yang menarik. Ayam cemani bukan cuma dianggap ayam keramat, namun juga ayam hias yang khas Indonesia. Memang hewan ini konon punya kemampuan menolak bala. Bagi yang mempercayainya jika memakan dagingnya bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Kepercayaan akan hal-hal gaib itu kini masih ada di sebagian masyarakat, namun kian menipis. Kini dia lebih sebagai ayam hias yang eksotik dan diburu para hobbies lokal dan mancanegara untuk dikoleksi.
Cemani adalah kata Sanskerta untuk hitam. Jenis ayam ini awalnya disebut ayam kedu. Dalam perkembangan ayam kedu itu terjadi banyak varian yang tidak lagi memiliki warna murni hitam. Sehingga ayam kedu yang masih tetap mempertahankan kehitam legamnya disebut oleh para hobbies sebagai ayam cemani.

Asal Usul
Dari mana ia berasal? Ada beberapa dugaan, namun yang pasti dia berasal dari Kedu, Jawa Tegah. Makanya satwa ini dikenal juga sebagai ayam kedu. Satwa ini mulai naik daun ketika pertama kali tampil dalam pekan raya di Semarang tahun 1926. Pemiliknya Tjokromihardjo, lurah Desa Kalikuto, Grabak, di Magelang. Saat itu wilayah itu masih masuk dalam Karesidenan Kedu.
Menurut data, ayam kepala desa itu pernah tampil di Surabaya tahun 1924 dalam sebuah pekan raya. Saat itu ayam itu dikenal sebagai ayam yang berwarna hitam saja. Tapi kemudian panitia lomba satwa di Semarang menjuluki ayam hitam legam milik Tjokromihardjo sebagai ayam kalikuto, karena berasal dari daerah itu.
Lucunya, pemilik menolak nama itu. Lalu diusulkan sendiri agar dinamakan ayam kedu saja sebab memang berasal dari karesidenan tersebut. Usul tersebut diterima panitia maka resmilah ayam yang berasal dari Kalikuto berjuluk ayam kedu.

Genetika
Ayam kedu yang ikut dalam kontes tersebut, menurut sebuah telaah, berasal dari keturunan ayam kampung yang dibeli dari daerah Gunung Sumbing. Ayam ini cukup besar dan diduga hasil silangan liar antara ayam Inggris yang diboyong orang pada era Raffles berkuasa (1811-1816).
Kala itu, konon ada orang Inggris yang membawa dua ekor ayam betina dan seekor jantan asing, yang diduga termasuk jenis ayam ternak Dorking. Mereka dipelihara di daerah Dieng. Mungkin karena kandangnya sederhana dan kurang pengawasan, ayam-ayam itu menyeleweng dan berbaur dengan ayam kampung setempat. Dari keturunannya lebih lanjut terciptalah ayam lokal unggul. Oleh masyarakat setempat ayam ini yang disebut sebagai ayam kedu.
Sementara telaah lain menyebutkan ayam hitam milik Tjokromihardjo bukanlah asli ayam kedu. Sebab ia merupakan hasil kawin silang antara ayam kampung hasil belian dengan ayam australorp, yang penyilangannya dilakukan sendiri oleh pemiliknya.

Legenda
Tapi ada legenda yang juga sampai saat ini masih hidup di sana yakni tentang asal-muasalnya ayam kedu. Konon, kehadiran satwa ini tak disengaja. Menurut legenda sebelum lahirnya kota Temanggung, hidup seorang pertapa yang sakti mandraguna yakni Ki Ageng Makukuhan, yang hobi mengoleksi ayam serba hitam, dan hanya paruhnya yang berwarna putih.
Suatu hari, ketika sedang bertapa di sebuah kuburan keramat di wilayah Kedu, dia memperoleh wangsit untuk mengobati penyakit putra Panembahan Hargo Pikukuh yang bernama Lintang Katon, yakni diobati dengan ayam itu. Bagaimana proses selanjutnya tidak terlalu jelas, namun akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh. Oleh karena tuah yang dimiliki ayam itu akhirnya dijadikan lambang kesembuhan.
Maka tak heran bila tradisi itu kini masih hidup dan dipercaya. Ayam ini memang sering digunakan untuk hal-hal yang bersifat magis. Misalnya untuk upacara ruwatan, pembangunan pabrik, jembatan atau gedung-gedung bertingkat agar terhindar dari bencana. Tapi penggunaannya juga untuk syarat penyembuhan orang sakit. ”Misalnya untuk penyakit akibat santet,” Raharjo (31), pedagang ayam kedu di Pasar Pramuka, Jakarta.

Hampir Punah
Binatang ini di tempat asalnya kini yakni di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, tersebar di tiga pedukuhan yakni Kahuripan, Sentono dan Beji. Menurut data, populasi ketika awal tahun 1984 tercatat sekitar 5.000 ekor, namun di akhir tahun meningkat menjadi 8.500 ekor. Jumlah ini pada tahun 1997 melorot drastis tinggal 2.000 ekor. Ini dikarenakan masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan sehingga ketika wabah datang, mereka tidak tahu bagaimana menangkalnya.
Pemerintah daerah setempat akhirnya mengambil inisiatif untuk mengatasi persoalan ini. Program pelestarian dicanangkan lewat pemerintah desa dengan mendirikan kelompok peternak bernama ”Makukuhan,” yang diambil dari nama pertapa sakti itu. Kelompok ini awalnya berjumlah 35 orang. Mereka memelihara ayam sekitar 1.500 ekor. Hingga sekarang peternak di sana bisa hidup layak dari ayam-ayam hitam itu.

Kolektor
Menurut Raharjo, permintaan akan ayam ini lumayan besar. Umumnya untuk keperluan upacara, namun tak sedikit pula yang membeli untuk dijadikan koleksi. Bagi kolektor atau hobbies, ayam ini berkesan angker dan gagah dengan bulu-bulunya yang serba hitam pekat. ”Apalagi kalau pagi-pagi berkokok, suasananya lantang,” ujar Ibnu Saptaji (34) hobbies pemula yang bermukim di Pondok Gede, Bekasi
Menurut Ibnu, dia tidak mempercayai soal kegaiban di seputar ayam ini. Dia lebih melihatnya sebagai sarana penghilang stres. Kalau pagi sebelum berangkat ke kantor, dengan membersihkan kandang, memberikan makan, dan mendengarkan kukuruyuknya seraya memandanginya maka hati bapak tiga anak itu merasa damai. Sehingga, menurutnya, tiap hari diusahakan untuk melongok ke kandang ayam itu.
Begitu juga Jan Steverink, warga Belanda yang telah tiga kali datang ke Indonesia, hanya khusus berburu ayam ini untuk dipelihara di negaranya. Kedatangannya yang terakhir adalah tahun 2000. Dia bercita-cita ingin melestarikan dan memperkenalkan ayam khas Indonesia di Eropa. Tujuan lain sebetulnya ia ingin meneliti sampai sejauh mana penyimpangan warna terjadi. Sebab dari anak-anak ayam menetas jika mencapai usia tertentu, yang betul-betul hitam pekat hanya 50 persen. Maka dengan kegiatannya yang tampak sepele itu, Jan ingin membuat jalur murni ayam cemani. Sehingga pada akhirnya jika sesama ayam ini dikawinkan setelah beberapa generasi maka akan menjadi ayam cemani hitam pekat tanpa ada lagi variasi warna yang keluar.
Memelihara ayam ini di Kedu, tambah Raharjo yang berasal dari Magelang, seperti memelihara ayam biasa yakni masih tradisional. Ayam diumbar dari pagi sampai sore untuk mencari makanan sendiri, namun pemilik suka memberi dedak sebagai makanan tambahan. ”Jadi ayam ini cukup tahan penyakit, dan gempal,” ujarnya.

Warna Berubah
Bulu-bulu hias yang jantan, bakal keluar ketika ayam berusia 4 bulan. Sampai pada umur 5 bulan warnanya masih hitam, namun lambat laun bermunculan warna lain. Bisa kuning, merah, merah coklat, atau kuning coklat. Saat umur 1,5 tahun bulu hiasnya berubah menjadi merah merona.
Di antara ayam kedu hitam ini, salah satu varietas dikenal sebagai ayam cemani. Inilah yang dianggap primadona ayam kedu karena segalanya serba hitam. Baik bulu, kulit, daging sampai ketulang-tulangnya hitam pekat. Ayam cemani harganya relatif mahal karena langka dan dicari orang.
Harga ayam cemani yang hitam pekat, menurut Raharjo, bisa mencapai jutaan, namun yang biasa-biasa saja paling mahal Rp 750 ribu seekornya. Sedang yang remaja Rp 100 ribu per ekor. Pelanggan kolektor pemula lebih suka membeli yang remaja. Karena ketika dewasa, ayam berperilaku jinak. Sedang yang kolektor serius lebih suka mencari yang dewasa sebab sudah bisa diketahui kualitasnya, apakah berbulu hitam pekat atau ada variasi warna lain.
”Saya punya langganan paranormal, yang sering memesan ayam cemani untuk keperluan upacara,” lagi tutur Raharjo. Dia tidak tahu ayam itu akan diapakan oleh langganannya, yang dia tahu untuk mengobati penyakit. Dan bagaimana cara pengobatan dengan ayam cemani, dia tidak tahu pasti. Tapi kalau pun dimasak opor, ayam ini enak seperti rasa daging ayam lainnya. Anehnya, tambahnya, kuah opor menjadi berwarna hitam juga seperti memasak ikan cumi yang kuahnya berubah hitam. Nah lho!